
By: Parman.
- Menunggu, seringkali jadi aktivitas yang tidak mengenakan bagi sebagian orang. Tapi hal itu tak bisa dihindari Jefri (42) dan puluhan nelayan tradisional Kali Adem, Muara Karang, Jakarta Utara. Para nelayan tersebut harus bersiaga menunggu kondisi angin dan ombak di perairan laut Jawa membaik, sehingga mereka mampu menangkap ikan kembali.
"Kalau cuaca begini, kita colong-colongan keluar lautnya. Kalau anginnya tiba-tiba bagus, ya kita keluar, kalau nggak ya diem begini aja," ujar Jefri saat ditemui Kompas.com di Kali Adem, Kamis (2/2/2012).
Sudah dua hari ia beserta nelayan lainnya tidak melaut karena cuaca yang tak menentu. "Sudah dua hari disini anginnya kencang banget, ombak sampai 1,5 meter," ujar Jefri yang siap di samping perahunya, agar begitu cuaca membaik, dia bisa langsung ke laut.
Terakhir melaut, bapak dari empat anak asal Sukabumi, Jawa Barat tersebut mengaku jaringnya hanya berhasil menangkap 80 kilogram ikan jenis teri dan tongkol. "Padahal kalau cuacanya bagus bisa dapat 2 sampai 3 kuintal," lanjutnya.
Kondisi cuaca yang demikian pun turut berimbas kepada ekonomi keluarganya di kampung halaman. Sudah hampir satu bulan, ia hanya mampu mengirimkan uang Rp 50 ribu ke anak istrinya di Sukabumi. "Cuma ada duit 50 ribu, kirim aja lah ke rumah," ujarnya pasrah.
Jika cuaca bagus, Jefri yang hanya berperan sebagai Anak Buah Kapal di perahu milik juragan kapal tersebut mendapat upah Rp 100 ribu sampai Rp 120 ribu setiap satu kali melaut. Jika cuaca bagus, ia juga bisa berbangga hati pulang ke kampung halamannya setiap satu bulan dengan membawa uang Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu untuk keluarganya. "Mangkanya irit-irit lah kita, ngerokok pun kita kurangin," lanjutnya.
Resiko menjadi nelayan tradisional sepertinya sudah dipahami Jefri. Oleh sebab itu pria sederhana ini sejak awal telah mewanti-wanti istrinya yang bekerja sebagai buruh tani agar tidak mengeluh jika ia pulang dengan tangan hampa. "Sebelumnya udah bilang ke keluarga, kalau ada hasil ya ada, kalo nggak ada ya kosong banget," lanjutnya.
Beberapa saat berbincang, tiba-tiba angin keberuntungan menghampirinya menjelang sore. Dari kejauhan seorang pria berteriak memanggil Jefri. "Om, mari melaut," teriak orang tersebut.
Jefri yang semula duduk bersila langsung meloncat dan mengibaskan kerah baju kusamnya dan bersiap untuk melakukan aktivitasnya sebagai nelayan. "Tuh kan, nggak diduga-duga, saya melaut dulu ya," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar