Kamis, 21 Juli 2011

Foke Jangan Cuma Berimajinasi Atasi Macet

JAKARTA, TRIBUNEKOMPAS.
By: PARMAN.


-Padatnya kendaraan di perbatasan Ibukota Jakarta, menjadi salah satu permasalahan lalulintas. Pemerintah pusat diminta turun tangan. Kondisi angkutan umum yang sangat memprihatinkan, juga mesti dibenahi. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo alias Foke diminta turun ke jalanan.

Wakil Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya Ajun Komi­saris Besar Polisi Tomex Kur­niawan mengakui, adanya pe­nambahan kepadatan di kawasan penyang­ga Ibukota Jakarta seperti Ka­lima­lang, Jalan Raya Bogor, Depok, dan Ciputat.

Menurutnya, kepadatan di ger­bang masuk itu disebabkan se­makin banyaknya kendaraan pri­badi yang masuk ke ibukota. “Ken­daraan semakin banyak dan sema­kin padat. Sementara kapa­sitas jalan sudah tidak memadai,” kata Tomex di Jakarta, kemarin.

Karena itu, pihaknya telah me­nurunkan personel tambahan guna mengatur dan mengan­ti­sipasi ke­padatan lalulintas di beberapa ruas jalan tersebut.

“Yang paling utama adalah me­nekan masuknya ken­daraan ke Jakarta. Karena salah satu pe­nyum­­bang kema­cetan ada­lah ken­daraan dari luar ibukota,” ujarnya.

Jadi, lanjut Tomex, agar bus ko­ta bisa lancar melaju di ibu­kota, bisa saja para pemilik mo­bil atau kendaraan lainnya di lo­kasi penitipan. Tomex juga me­nyatakan, pihaknya telah ber­koordinasi dengan peme­rintah kota dan kabupaten yang men­jadi satelit Kota Ja­karta. Saran-saran agar bisa me­ngurangi ke­macetan, juga sudah disam­paikan kepada pimpinan ma­sing-masing kota.

Dia berharap, pemerintah pu­sat juga bisa segera memberikan ke­putusan yang mendukung pe­ngu­rangan kemacetan Ja­karta. Pe­merintah diharap­kan bisa me­ngambil ke­putusan atau kebi­jakan yang mengurangi kema­cetan.

“Daripada melebarkan jalan, lebih baik pe­merintah mengop­timalkan trans­portasi umum di ibukota yang kondisinya sangat mempri­ha­tinkan. Sebab, ar­mada trans­portasi umum banyaj sudah tua dan cuma sedikit yang kon­disinya layak digunakan. Itu me­ng­aki­batkan warga lebih memi­lih ken­daraan pribadi daripada ken­daraan umum,” tegasnya.

Hal ini juga ditegaskan penga­mat kebijakan publik Uni­versitas Indonesia (UI) Andrinof Cha­niago. Menurutnya, hal pa­ling mendasar dalam masalah kema­cetan di Jakarta adalah per­baikan sarana angkutan umum.

“Tidak mungkin banyak yang ingin naik bus berdesak-desakan. Akhirnya, mereka memilih taksi atau naik kendaraan pribadi ka­rena angkutan umumnya butut dan tidak layak,” tegasnya.

Menurut Andrinof, pemangku jabatan ibukota juga perlu me­lihat langsung kondisi di lapang­an agar paham saat me­nyu­sun solusi mengatasi kemace­tan.

“Gubernur Fauzi Bowo dan wali­kota harus menghabiskan setengah hari di jalanan Jakarta. Bukan cuma ber­kantor di dalam. Lihat lang­sung macet Jakarta, biar jangan ber­imajinasi saja atasi ke­macetan,” cetusnya.

Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, pada 2009, jumlah kendaraan bermotor mencapai 9.993.867. jum­lah ini naik 15 persen tahun 2010 menjadi 11.362.396 yang terdiri dari motor sebanyak 8.244.346 unit dan mobil seba­nyak 3.118.050 unit.

Jumlah ini belum ditambah angkutan umum yang melintas dalam satu trayek, yakni se­banyak 859.692 armada. Se­dang­kan panjang jalan di Jakarta ha­nya 7.650 km dan luas jalan 40,1 km atau 0,26 persen dari luas wilayah DKI. Sementara pertum­buhan panjang jalan hanya 0,01 persen pertahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar