
By: ANTO.
-Belum juga diberlakukan, wacana kepolisian dan Pemprov DKI mengurangi kemacetan lewat pembatasan kendaraan dengan warna gelap-terang sudah mengundang polemik. Ini kesekiankalinya usulan mengurai kemacetan dirasa belum ‘pas’ oleh masyarakat. Saat diminta tanggapannya oleh Tribunekompas di tempat yang berbeda, beberapa artis minta pihak terkait mengkaji untung-ruginya kebijakan itu dengan lebih cermat lagi.
Sophie Navita, Keenakan Orang Kaya Punya Banyak Mobil
Kemacetan parah di ibukota menyusahkan banyak orang tak terkecuali kalangan artis. Entah sampai kapan pengendara diuji kesabarannya di jalan. Sophie Navita berharap pembatasan kendaraan berpola warna gelap-terang bisa jadi solusi meski dia tidak yakin akan berhasil.
“Apa saja aturan itu baik. Tapi bagi saya, kebijakan (gelap-terang) itu tidak akan efektif. Malah bikin suasana makin rumit apalagi bagi rakyat yang kendaraannya terbatas. Orang kaya mah enak punya banyak mobil. Saat waktu warna terang, mereka pakai mobil warna terang, kalau pas warna gelap, keluarin aja tuh mobil yang warnanya gelap,” terangnya panjang lebar.
Istri pentolan Jikustik, Pongky ini mengaku tidak punya banyak mobil. Hanya untuk suami dan keperluan sehari-hari seperti antar jemput anak sekolah atau berpergian lainnya. Makanya, kalau pembatasan kendaraan gelap-terang diberlakukan itu akan memberatkan dirinya.
“Ya dong, secara gitu loh mobil gue (warnanya) seragam. Masak gue mesti beli mobil lagi. Lagi pula dengan kondisi kayak gini enakan hemat dah. Mendingan pemerintah kaji lagi dan cari solusi yang lebih baik bagi banyak orang,” tegasnya.
Presenter top ini menganalisa, kemacetan parah Jakarta juga dikarenakan kemampuan ekonomi masyarakat yang meningkat. Meski tidak merata, pertumbuhan ekonomi di ibukota itu tetap tidak sebanding dengan lahan dan jalan yang tersedia.
Tak lupa, Sophie mengingatkan masyarakat yang punya mobil untuk mencoba kendaraan alternatif, seperti naik sepeda atau motor atau beralih ke kendaraan umum atau TransJakarta.
“Terus kalau mau ke sekolah atau tempat kerjanya dekat, jalan kaki aja kan bisa tuh. Hemat dan sehat kan,” ulasnya.
Maeeva Amin, Salah, Contek Kebijakan Singapura
Pesinetron Maeeva Amin menyayangkan jika aparatur atau Pemprov DKI mencontek aturan warna gelap terang pada pola transportasi di Singapura. Pasalnya, selain hukum yang sudah berjalan baik, Singapura sudah mampu menyediakan transportasi umum yang layak.
“Kalau di Singapura kan sudah tertib, hukumnya sudah berjalan bagus. Transportasi massalnya juga sudah baik. Untuk di Indonesia, nggak lah ya. Nggak tahu kapan bisa diterapkan aturan kayak gitu,” nilai Maeeva.
Pemain film Setan Facebook ini heran sekaligus bertanya apa saja sih yang sudah dilakukan Pemerintah DKI Jakarta mengatasi kemacetan. Pasalnya, apa saja kebijakan yang dibuat sepertinya tidak bisa mencegah kendaraan padat merayap di tiap sudut jalan ibukota. Dia mencontohkan kebijakan 3 in 1 yang diharapkan bisa mengurangi mobil di jalan protokol malah menyuburkan praktik calo di pinggir jalan. Terutama, saat jam aturan itu diberlakukan.
“Kayaknya kok aturan dibuat instan dan tidak diperhitungkan jangka lama. Memang sih mengatur orang banyak nggak gampang tapi itu kan sudah tugas pemerintah,” tandasnya.
Daripada pusing bikin aturan nggak jelas, Maeeva lebih menyoroti kemampuan transportasi umum dalam melayani warga. Kalau fokus pada perbaikan fisik dan prasarana lainnya, dia yakin ketersediaan transportasi umum sangat murah ketimbang kebijakan atasi kemacetan lainnya yang belum teruji benar di lapangan.
“Ini kan nggak, boro-boro naik angkutan, bayangin atau lihat di TV aja orang takut naiknya. Apalagi perempuan yang selalu mikirin keamanan dan kenyamanan,” sindirnya.
Perempuan kelahiran Kuala Lumpur 15 April 1986 ini meminta ketegasan Pemprov DKI untuk serius mengatasi kemacetan. Kalau dibiarkan tanpa solusi, kemacetan akan mematikan warga ibukota. Kok begitu?
“Sekarang uang beli bensin habis di jalan. Belum tenaga dan pikiran. Di samping alasan persoalan hidup lainnya, aku pikir kemacetan itu salah satu yang bikin orang banyak stress. Kalau udah stress, orang kan bisa sakit dan mati kan,” selorohnya.
Masalah penegakan hukum di jalan juga penting untuk melatih kesadaran dan disiplin pengguna jalan. Maeeva sadar kerja pemerintah atau aparat tidak akan berhasil tanpa didukung masyarakatnya.
“Kalau sekarang kan aturan belum dijalankan dengan tegas. Di jalan-jalan, jalur TransJakarta diserobot, aturan three in one juga banyak dimanipulasi dengan joki. Terus perbaiki transportasi massalnya,” tandasnya.
Olivia Jensen, Akui, Orang Jakarta Kerap Akali Aturan
Olivia Jensen tak mengetahui persis seperti apa teknis pembatasan kendaraan berpola warna gelap-terang. Satu-satunya yang ia bisa ukur keberhasilannya saat kebijakan itu disosialisasikan atau diujicoba.
“Dengan pembatasan warna, jumlah mobil masih banyak. Kalau diberlakukan kayak gitu, ya udah orang yang mampu beli mobil warna hitam kalau pas waktunya pembatasan warna terang,” selorohnya.
Di satu sisi, teman dekat penyanyi Afgan Syahreza ini menyesali ketidakmampuan Pemprov DKI mengatasi kemacetan. Seakan-akan pemangku kepentingan orang banyak di DKI tidak punya solusi yang pas dan efektif. Sementara di sisi lain, Olivia pun geleng-geleng kepala melihat karakter warga DKI yang pintar mengakali aturan yang dibuat pemerintah.
“(Kebijakan atasi kemacetan) selalu saja mentah di masyarakat. Apalagi orang-orang kan terkenal pintar mengakali aturan. Ya pasti banyak akal lah cari celah kalau pembatasan kendaraan gelap-terang itu diberlakukan,” keluhnya.
Olivia meyakinkan bahwa statusnya sebagai artis tidak serta merta punya banyak kendaraan yang jadi salah satu penyumbang kemacetan.
“Sejauh ini sih aku nggak berlebihan dan nggak ketergantungan sama mobil pribadi. Aku mah cuek, kalau nggak naik mobil bisa pake kendaraan lain. Naik angkutan umum nggak masalah,” ucapnya.
Sejauh ini, Olivia punya banyak pengalaman naik angkutan umum. Ya meski tidak menjanjikan keamanan dan kenyamanan, setidaknya dia tidak bergantung pada kendaraan pribadi. Makanya, solusi untuk atasi kemacetan kata dia juga bergantung pada masyarakatnya sendiri. Mau nggak, beralih ke angkutan umum dan meninggalkan kendaraan pribadi di rumah.
“Kalau nggak sibuk atau penting-penting amat, parkirin aja mobil di rumah terus naik angkutan. Atau kalau deket, jalan aja. Itung-itung olahraga kan,” saran gadis kelahiran Denmark ini.
Tak lupa, bintang film Bukan Cinta Biasa ini mewanti-wanti Pemprov DKI mengoptimalkan fungsi transportasi umum, seperti kereta-api komuter, bus kota, dan TransJakarta. “Tertibkan kendaraan umum yang sudah tua dan tidak layak pakai,” tutup Olivia.
Arzeti Bilbina, Benahin Dulu Bus Kopaja & Metromini
Pembatasan kendaraan dengan warna gelap terang diyakini hanya bikin warga Jakarta makin ‘kreatif’. Maksudnya? Warga akan mudah mengakali kebijakan unik itu.
“Rasanya aturan itu susah ya buat mengatasi kemacetan. Orang malah termotivasi membeli mobil dengan bermacam warna,” kata model senior Arzeti Bilbina.
Menurut dia, langkah konkret mengurai kemacetan Jakarta adalah dengan memperbaiki moda transportasi massal seperti bis TransJakarta, Metromini dan Kopaja. Dengan adanya transportasi umum yang nyaman dan aman, lanjut dia, orang akan berpindah dari kendaraan pribadi.
“Transportasi umum segera diperbaiki. Transportasi untuk mereka yang tidak punya mobil itu ditingkatkan keamanan dan kenyamananya. Sehingga orang akan lebih milih kendaraan umum dari pada kendaraan pribadi,” paparnya.
Ibu tiga anak ini yakin penyebab kemacetan adalah terlalu banyaknya kendaraan pribadi. Padahal, kata dia, kebanyakan yang menggunakan hanya satu orang. Itu khususnya dari kalangan berduit yang punya banyak mobil.
“Sebanyak-banyaknya mobil yang dipunya seseorang atau keluarga ya itu pasti dipakai semua. Alasannya angkutan umum tidak mampu memberi jasa pelayanan yang baik. Kalau transportasi umum sudah baik, aku pun mau kok naik bis atau metromini sekalipun,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar